SISTEM DIGESTI DAN REPRODUKSI
WAKTU
PELAKSANAAN
Pelaksanaan praktikum Ilmu Ternak
Unggas acara sistem digesti dan
reproduksi ayam dilakukan pada hari Jumat, 17 November
2011, pukul 13.00 WIB sampai 16.00 WIB.
TEMPAT
PELAKSANAAN
Praktikum
dilakukan di Laboratorium Ilmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
TUJUAN
DAN MANFAAT PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah
mengetahui dan memahami tentang sistem digesti dan reproduksi ayam, meliputi
fungsi, ukuran berat, dan batasan-batasan dari masing-masing bagiannya.
MATERI
DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah pisau scapel merk Tagimaco,
pita ukur merk Butterfly dengan
panjang 150 cm, timbangan digital merk Camry
dengan kapasitas 2 kg, dan gunting bedah merk JMC.
Bahan. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah 1 ekor ayam layer afkir
yang telah disembelih tapi masih utuh berumur lebih dari 72 minggu dan 1 ekor
bebek jantan.
Metode
Ayam yang telah dipotong kemudian
ditimbang lalu dibedah dan dikeluarkan seluruh organ pencernaan dan organ
reproduksinya (jangan sampai putus), kemudian diletakkan diatas alas plastik
yang diatur secara utuh dan digambar. Setelah itu diukur panjang per bagian
organ kemudian potong perbagian, keluarkan kotorannya, kemudian dicuci lalu
ditimbang, dan dicatat berat masing-masing organ begitu juga dengan bebek jantan
namun pada bebek jantan tidak diamati sedemikian detal separti pada ayam.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil
yang diperoleh dari praktikum Ilmu Ternak unggas acara sistem digesti dan
reproduksi adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Organ digesti ayam
layer
Parameter
|
Ayam A (Kelompok 17)
|
Ayam B (Kelompok 16)
|
||
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
|
Oesophagus
|
18,5
|
24
|
9
|
4
|
Crop
|
-
|
14
|
-
|
11
|
Proventikulus
|
5
|
8
|
6
|
6
|
Gizzard
|
-
|
40
|
-
|
26
|
Usus halus:
|
114
|
38
|
||
Duodenum
|
24
|
10
|
24
|
7
|
Jejunum
|
22,5
|
7
|
54
|
11
|
Ilieum
|
8,5
|
21
|
49
|
9
|
Coecum
|
15
|
7
|
17
|
4
|
Usus besar
|
12
|
5
|
7
|
3
|
Kloaka
|
-
|
12
|
11
|
Tabel 2. Organ digesti
tambahan ayam layer
Parameter
|
Ayam A (Kelompok 17)
|
Ayam B (Kelompok 16)
|
||
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
|
Hati
|
-
|
28
|
-
|
40
|
Pankreas
|
-
|
2
|
-
|
4
|
Limfa
|
-
|
3
|
-
|
3
|
Tabel 3. Sistem reproduksi
ayam betina
Parameter
|
Ayam A (Kelompok 17)
|
Ayam B (Kelompok 16)
|
||
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
|
Ovarium+ovum
|
-
|
54
|
-
|
11
|
Infundibulum
|
9
|
1
|
6
|
1
|
Magnum
|
34
|
30
|
27
|
7
|
Isthmus
|
12,5
|
5
|
10
|
2
|
Uterus
|
10
|
20
|
9
|
13
|
Vagina
|
5,3
|
2
|
7
|
5
|
Pembahasan
Sistem Digesti
Sistem digesti ayam terdiri atas
organ-organ yang menyusun digesti dan memiliki fungsi yang khusus. Organ yang
menyusun sistem digesti dari pakan masuk sampai keluar sebagai ekskreta antara
lain paruh, oesophagus, crop, proventriculus, gizzard,
usus halus yang terdiri atas duodenum,
jejunum, dan ileum, coecum, usus
besar, dan kloaka.
Mulut. Mulut merupakan tempat saat
makanan pertama kali masuk. Menurut Akoso (1998), mulut ayam tidak memiliki
bibir dan gigi. Peranan bibir dan gigi pada ayam digantikan oleh rahang yang
menanduk dan membentuk paruh. Menurut Tri-Yuwanta (2004), mulut menghasilkan saliva yang mengandung amylase dan maltase saliva dan produksi saliva
7 sampai 30 ml/ hari tergantung pada jenis pakan.
Gambar 1. Mulut ayam
Oesophagus. Menurut Tri-Yuwanta (2004), oesophagus merupakan saluran lunak dan
elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Panjang oesophagus ayam A adalah 19 cm sedangkan
ayam B 18 cm. Berat oesophagus ayam A
adalah 3 gram sedangkan ayam B 17 gram. Menurut Neil (1991), panjang oesophagus antara 20 sampai 25 cm dan
berat antara 5 sampai 7,5 gram. Panjang oesophagus
kedua ayam sudah mendekati ukuran normal. Perbedaan yang relatif kecil ini
dikarenakan oesophagus didalam kepala
tidak ikut diukur karena masuk pada kepala sehingga tidak dapat dikeluarkan.
Berat oesophagus ayam A relatif lebih
sedikit, ini berkaitan dengan data panjang oesophagus
yang tidak terukur karena berada didalam kepala sedangkan berat oesophagus ayam B terpaut sangant jauh,
hal ini dikarenakan sisa pakan didalam oesophagus
tidak dikeluarkan saat pengukuran berat oesophagus.
Gambar 2. Oesophagus
Tembolok (crop). Tembolok disebut juga crop merupakan modifikasi dari oesophagus.
Fungsi tembolok adalah untuk menyimpan pakan untuk sementara waktu dan sebagai
indikator untuk ayam jika pakan yang dikonsumsi sudah cukup (Tri-Yuwanta,
2004). Tembolok ayam A maupun ayam B memiliki berat yang sama yaitu 6 gram.
Menurut Neil (1991), berat crop adalah
8 sampai 12 g. Perbedaan data yang relatif kecil mungkin akibat dari perbedaan
morfologi spesies ayam yang diamati dan tidak dapat digunakan sebagai indikator
ayam memiliki cacat tubuh. Menurut Tri-Yuwanta (2004), tembolok mampu menampung
250 g pakan. Akoso (1998) menambahkan bahwa pakan berupa serat kasar dan
biji-bijian tinggal didalam tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan
dan pengasaman.
Gambar 3. Tembolok
Proventriculus.
Proventriculus disebut juga perut
kelenjar atau succenturiate ventricle atau
glandular stomach yang
mengekskresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak (Tri-Yuwanta,
2004). Proventriculus ayam A dan B
memiliki panjang dan berat yang sama yaitu panjang 5 cm dan berat 6 gram. Neil
(1991) mengatakan proventriculus memiliki
panjang 6 cm dengan berat 7,5 sampai 10 gram. Perbedaan data diatas tidak
terlalu signifkan sehingga tidak dapat dijadikan indikasi bahwa kedua ayam
abnormal. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena kesalahan pengukuran atau
kemungkinan lain yaitu perbedaan spesies dan varietas ayam sehingga terjadi perbedaan morfologi.
Gambar 4. Proventrikulus
Gizzard.
Menurut Tri-Yuwanta (2004), gizzard merupakan
perut muscular yang merupakan
kepanjangan dari proventriculus, gizzard terjadi pencernaan mekanis.
Otot-otot gizzard melumat pakan
sehingga lebih lunak dengan bantuan grit dan
air. Gizzard dilindungi oleh lapisan
koilin sehingga tidak luka oleh grit. Gizzard
ayam A memiliki berat 31 gram sedangkan ayam B 25 gram. Data ini sesuai
dengan data Goodman (1991) yang menyatakan berat gizzard adalah 25 sampai 30 gram. Menurut Tri-Yuwanta (2004), pada
unggas yang hidup secara berkeliaran, empedal lebih kuat daripada ayam yang
dipelihara secara terkurung dengan pakan yang lebih lunak.
Gambar 5. Gizzard
Usus halus. Usus halus disebut juga intestinum tenue, panjang mencapai 120
cm (Tri-Yuwanta, 2004). Usus halus mulai terjadi pencernaan enzimatis serta
penyerapan nutrisi pakan. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
Gambar 6. Usus Halus
Duodenum.
Duodenum terdapat di bagian awal usus
halus, yakni berbentuk seperti huruf U dengan kelenjar pankreas di tengahnya.
Menurut Tri-Yuwanta
(2004), pada bagian ini terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses
hidrolisis dari nutrien kasar berupa pati, lemak, dan protein. Panjang dan
berat duodenum ayam A dan B
berturut-turut adalah 34 cm, 7 gram, dan 26 cm, 6 gram. Perbatasan duodenum dengan jejunum terletak pada tikungan kedua usus halus kedua usus halus.
Jejunum.
Jejunum merupakan kelanjutan dari duodenum yakni terjadi pencernaan namun dengan
frekuensi absorpsi yang masih kecil. Panjang dan berat jejunum ayam A dan B berturut-turut adalah 59 cm, 11 gram dan 68
cm, 13 gram.
Ileum. Ileum merupakan bagian usus halus yang
paling banyak melakukan absorpsi. Ileum
mempunyai banyak vili-vili untuk memperluas bidang penyerapan. Batas antara jejunum dengan ileum berupa tonjolan kecil yakni micelle diverticum. Panjang dan berat ileum pada ayam A dan B berturut-turut adalah 54 cm, 13 gram dan 59
cm, 14 gram. Menurut Zuprizal (2005), berat ileum adalah
15 gram. Hasil pengamatan mempunyai selisih yang kecil dengan kisaran normal.
Hal ini menandakan bahwa ayam A dan B berada pada kisaran normal.
Coecum. Coecum terdiri atas dua coeca atau saluran buntu yang berukuran
panjang 20 cm (Tri-Yuwanta, 2004). Panjang coeca
ayam A dan B berturut-turut adalah 11,5 cm dan 28 cm. Ayam A memiliki memiliki
ukuran coecum yang terlalu pendek,
sedangkan ayam B terlalu panjang. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan
individu serta pakan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pakan mengandung serat
kasar tinggi, maka coeca akan
berkembang karena coeca berfungsi
untuk mencerna serat kasar. Ayam hanya dapat memanfaatkan serat kasar sebanyak
2 sampai 3%, sedangkan itik dapat hingga 5%.
Gambar 7. Coecum
Usus
besar. Usus besar atau intestinum crasum mempunyai panjang 7 cm
(Tri-Yuwanta, 2004). Panjang usus besar ayam A dan B adalah 9,5 cm dan 12 cm.
Menurut Akoso (1998), berat normal rektum adalah 4 sampai 6 gram. Berat usus
besar ayam A dan B adalah 2 gram dan 7 gram. Hal ini berarti kedua ayam
tersebut berada di luar kisaran normal. Perombakan partikel pakan yang tidak
tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses terjadi pada bagian usus besar (Tri-Yuwanta,
2004).
Gambar 8. Usus Besar
Kloaka. Kloaka merupakan tempat
keluarnya ekskreta karena urodeum dan kuprodeum berhimpitan (Tri-Yuwanta,
2004). Berat kloaka ayam A dan B adalah 12 dan 2 gram. Menurut Neil (1991),
berat kloaka adalah antara 6 sampai 8 gram. Perbedaan data yang mencolok dapat
disebabkan oleh kesalahan pengukuran atau ayam dalam kondisi abnormal.
Gambar 9. Kloaka
Organ Tambahan
Hati.
Hati dalam proses pencernaan berfungsi untuk mensekresikan getah empedu yang
dibawa ke dalam empedu. Fungsi dari getah empedu sebagai penetral asam lambaung
(HCl), membentuk sabun terlarut dengan lemak bebas. Kedua fungsi ini membantu
dalam absorbsi dan translokasi asam lemak (Tri-Yuwanta, 2004).
Berat hati ayam A
dan B berturut-turut adalah 32 gram dan 35 gram, sedangkan berat ayam A dan B
adalah 1399 gram dan 1470 gram. Menurut Tri-Yuwanta (2004), berat hati adalah
3% dari berat badan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa berat hati tidak berada
pada kisaran normal karena kurang dari 3% berat badan. Hal ini dapat terjadi
karena pada saat penimbangan berat badan ayam, pakan yang baru dikonsumsi juga
ikut ditimbang sehingga terukur lebih besar.
Gambar 10. Hati
Pankreas.
Duodenum
merupakan tempat menempelnya kantong empedu dan kelenjar pankreas. Kantong empedu merupakan
tempat menyimpan cairan empedu dari hati, sedangkan kelenjar pankreas
mensekresikan enzim-enzim pancreas ke duodenum (Frandson, 1992). Berat pankreas
ayam A dan B adalah 4 dan 2 gram.
Gambar 11. Pankreas
Limfa.
Limfa berada di sebelah kiri dan kanan duodenum, sedikit di atas empedu dan
berwarna kemerah-merahan. Bentuk limfa yaitu bulat dan tersusun oleh lapisan
jaringan keputihan. Fungsi dari limfa adalah untuk pembentukan sel darah merah
dan sel darah putih (Frandson, 1992). Berat dari limfa ayam A dan B adalah 1
gram dan 5 gram. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan morfologi ayam.
Gambar 12. Limfa
Sistem
Reproduksi Ayam Betina
Sistem reproduksi
ayam betina terdiri atas dua bagian utama, yakni ovarium dan oviduk. Ovarium
terbagi dua bagian yaitu cortex pada
bagian luar dan medula pada bagian ligamentum
messo ovariium. Proses pembentukan ovum dinamakan vilogeni yang merupakan sintesa asam lemak
di hati yang dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh darah diakumulasikan
di ovarium sebagai ovum (Tri-Yuwanta, 2004).
Ovarium
dan ovum.
Menurut Sidadolog (1991), berat ovarium unggas dewasa adalah antara 40 sampai
60 gram. Hasil pengamatan ovarium A dan B adalah lebih kecil yakni 24 dan 32
gram. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh umur folikel yang masih muda
atau baru saja terjadi ovulasi sehingga beratnya menurun. Folikel sudah berada
di ovarium sejak induk masih dalam bentuk embrio.
Pada unggas,
sperma ditransfer oleh kawin alam ke ujung distal vagina menuju persimpangan
uterovaginal (UVJ) pada akhir anterior vagina. Namun, karena proses seleksi
yang ketat dalam vagina, kurang dari 1% dari sperma yang ditransfer benar-benar
mencapai UVJ tersebut. Mereka sperma yang mencapai UVJ masukkan pelagica
tubular berbagai epitel permukaan vagina terletak di mukosa UVJ, secara
kolektif disebut sebagai penyimpanan sperma tubulus (SST). Sperma yang berada
dalam lumen SST mampu bertahan hingga beberapa minggu sementara tetap
mempertahankan kapasitas mereka pemupukan (Denver, 2010).
Gambar 13. Ovarium dan Ovum
Infundibulum. Infundibulum berfungsi untuk menangkap ovum yang diovulasikan dan
merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Folikel melewati infundibulum selama
15-30 menit. Menurut Tri-Yuwanta (2004), panjang infundibulum adalah 9 cm. Hasil pengamatan menunjukkan panjang
serta berat infundibulum ayam A dan B
adalah 13 cm 1 gram dan 4 cm 5 gram. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena
perbedaan morfologi ayam.
Gambar 14. Infundibulum
Magnum. Magnum merupakan bagian terpanjang dari oviduk yang merupakan
tempat terjadinya sintesis albumen kental dan cair. Proses sintesis albumen di
magnum berlangsung selama 3 jam. Menurut Tri-Yuwanta (2004), panjang magnum
adalah 33 cm. Hasil pengamatan panjang dan berat magnum ayam A dan B adalah 28,5 cm 27 gram dan 17 cm 35 gram.
Perbedaan tersebut dapat terjadi karena perbedaan morfologi ayam.
Gambar 15. Magnum
Isthmus. Isthmus berfungsi untuk mensekresikan telur beserta kerabang tipis.
Proses pembentukan kerabang tipis ini berlangsung selama ,1,5-2 jam. Isthmus ayam A dan B memiliki panjang 10
dan 11 cm. Menurut Tri-Yuwanta (2004), isthmus
memiliki panjang sekitar 10 cm. Hal ini berarti panjang isthmus kedua ayam masih sesuai dengan kisaran normal.
Gambar 16. Isthmus
Uterus.
Uterus berfungsi untuk pembentukan kerabang telur sehingga prosesnya paling
lama yakni 21 jam. Menurut Tri-Yuwanta (2004), panjang uterus adalah sekitar 10
cm. Hasil pengamatan panjang uterus ayam A dan B adalah 10,5 cm dan 5 cm.
Uterus ayam B berukuran sangat pendek dan berada di bawah kisaran normal. Hal
ini dapat disebabkan oleh pengkerutan uterus karena terjadi kontraksi.
Gambar 17. Uterus
Vagina. Vagina merupakan tempat keluar telur
hasil pembentukan telur oleh organ reproduksi. Telur sangat singkat melewati
vagina yaitu hanya 5 menit. Panjang vagina adalah sekitar 10 cm (Tri-Yuwanta, 2004).
Hasil pengamatan terhadap ayam A dan B adalah 2 dan 3 cm. Hal ini berarti
panjang vagina kedua ayam berada di bawah kisaran normal.
Gambar 18. Vagina
Kloaka. Kloaka merupakan tempat sisa-sisa
metabolism dikeluarkan dalam bentuk eksreta. Eksreta merupakan campuran antara urin
dan feses yang keluar secara bersama-sama. Kloaka terdiri dari 3 bagian, yaitu kuprodeum
atau saluran keluarnya feses, urodeum atau saluran keluarnya urin dan protodeum
atau saluran keluarnya sperma atau sel telur (Frandson, 1992).
Gambar 19. Kloaka
Sistem
Reproduksi Jantan
Organ
reproduksi ayam jantan terdiri dari testes, ductus deferens, dan organ kopulasi yang
terdapat dalam kloaka. Unggas jantan
berbeda dari ternak piaraan lainnya karena testes
tidak terdapat dalam skrotum tetapi
tetap berada dalam rongga badan dan terletak didekat tulang belakang dekat
bagian anterior (Blakely and Bade,1991).
Testis. Testis ayam jantan terletak di rongga
badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan
dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan dengan aorta dan vena
cavar, atau di belakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Meskipun dekat
dengan rongga udara, temperatur testis selalu 41o sampai 43o C
karena spermatogenesis (pembentukan sperma) akan terjadi pada temperatur
tersebut (Anonim, 2007).
Testis
ayam berbentuk biji buah buncis dengan warna putih krem. Testis terbungkus oleh
dua lapisan tipis transparan, lapisan albugin yang lunak. Bagian dalam
dari testis terdiri atas tubuli seminiferi (85% sampai 95% dari volume
testis), yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis, dan jaringan intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig) tempat disekresikannya hormon steroid, androgen, dan testosteron.
Besarnya testis tergantung pada umur, strain, musim, dan pakan (Anonim, 2007).
Hasil
praktikum pada alat reprodiksi ayam jantan diperoleh testis berwarna putih
kekuningan dan berbentuk seperti biji kacang kedelai.
Saluran Deferens.
Saluran deferens dibagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma dari testis, serta bagian
bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan dinamakan saluran deferens. Saluran deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada
daerah proktodeum yang berseberangan
dengan urodium dan koprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum
diejakulasikan. Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal
saluran deferens (Anonim, 2007).
Alat Kopulasi. Alat kopulasi pada ayam
berupa papila (penis) yang mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk
spiral yang panjangnya 12 sampai 18 cm. Pada papila ini juga diproduksi cairan
transparan yang bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi (Anonim,
2007).
Gambar
20. Saluran reproduksi ayam jantan
Mekanisme Spermatogenesis
Spermatogenesis
adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelium (tubuli) seminiferi di bawah kontrol hormon gonadotropin dan hipofisis (pituitaria
bagian depan). Tubuli seminiferi ini
terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi
dalam tiga fase, yaitu fase spermatogineal,
fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13
sampai 14 hari (Anonim, 2007).
Sistem Reproduksi Unggas Jantan (ITIK)
Organ
reproduksi itik jantan terdiri dari testes, ductus deferens, dan organ kopulasi yang
terdapat dalam kloaka. Unggas jantan
berbeda dari ternak piaraan lainnya karena testes
tidak terdapat dalam skrotum tetapi
tetap berada dalam rongga badan dan terletak didekat tulang belakang dekat bagian
anterior (Blakely and Bade,1991).
Testis
Testis terletak di rongga badan dekat dengan tulang
belakang dan melekat pada bagian dorsal
dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mes;hium yang berdekatan
dengan aorta dan vena cava atau di belakang paru-paru bagian depan dari ginjal.
Besar testis tergantung dari umur, strain, dan musim (Yuwanta, 2004).
Testis yang berisi sel sertoli lebih
banyak berat ukurannya akan lebih dibandingkan dengan testis yang
berisi sedikit sel sertoli. Meskipun hubungan antara jumlah sel sertoli dengan
berat testis sangat signifikan, perbedaan dalam jumlah sel sertoli bisa
dihitung hanya 30,2% dari variasi dalam bentuk testis. faktor-faktor lain yang
mempengaruhi yaitu jumlah sel, usia, pengaruh lingkungan dan berat badan
(Coulter et al, 1975).
Hasil praktikum pada alat reprodiksi
bebek jantan diperoleh testis berwarna putih kekuningan dan berbentuk seperti
biji kacang kedelai.
Saluran
vasdeferens
Saluran ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas
merupakan muara perpanjangan dari saluran epididimis dinamkan saluran
vasdeferens yang akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang
bersebelahan dengan urodeum dan keprodeum. Didalam saluran vasdeferns, sperma
mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum di ejakulasikan. Pemasakan dan
penyimpanan sperma terjado pada 65% bagian distal saluran vasdeferens (Yuwanta,
2004).
Alat kopulasi
Alat
kopulasi pada ayam berupa papilla (penis) yang mengalami rudimenter, kecuali
pada itik berbentuk spiral dengan panjang 12 sampai 18 cm. Papilla juga
berfungsi memproduksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat
terjadinya kopulasi (Yuwanta, 2004).
KESIMPULAN
Pengamatan dan pengukuran praktikum
digesti pada ayam A dan B relatif menunjukkan kisaran normal. Organ digesti
yang tidak berada pada kisaran normal dipengaruhi oleh jenis dan bangsa ayam,
umur, jenis kelamin, jenis pakan yang biasa dikonsumsi. Unggas jantan berbeda dengan ternak lainnya karena testes tidak terdapat
dalam skrotum tetapi berada dalam rongga badan dan terletak didekat tulang
belakang dekat bagian anterior. Sistem reproduksi ayam betina terdiri dari
ovarium dan oviduct. Oviduct terdiri
dari infundibulum, magnum, isthmus, uterus dan vagina. Sistem reproduksi pada
ayam jantan dibagi tiga bagian utama yaitu sepasang ductus deferens, dan organ
kopulasi yang bersifat rudimenter yang terdapat pada kloaka.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B. T. 1998. Kesehatan
Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Anonim. 2007. Sistem-reproduksi-ayam jantan.
Chickaholic wordpress.com.
Di akses 31 Maret 2011 pukul 10.00.
Blakely, J and Bade, D.H. 1991. Ilmu
Peternakan, Edisi IV, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Goodmann,
H. D. 1991. Biology Laboratory Inversatium Java. Novich Put Orlando.
Sidadolog
J.P.H. 2001. Manajemen Ternak Unggas. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Neil,
A. C. 1991. Biology 2nd edition. The Benjamin Coming Publishing
Company Inc. Pec Wood City.
Tri-Yuwanta.
2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Zuprizal
dan Kamal. M. 2005. Nutrisi Pakan Unggas. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Denver,2010. FISIOLOGI DAN ENDOKRINOLOGI SIMPOSIUM: Peran
saluran telur dalam memelihara kesuburan berkelanjutan dalam ayam. jas.fass.org
Casinos Near Casinos in Las Vegas, NV - Mapyro
BalasHapusMapYRO - 나주 출장샵 Casinos in Las Vegas, NV. 군포 출장안마 Hotels 시흥 출장샵 with Casinos and Hotels in Las Vegas, NV. Find the 목포 출장안마 best casinos and hotels in 나주 출장안마 Las Vegas, NV.